Wednesday, December 26, 2012

Mengenang Tsunami Aceh 2012

Tragedi tsunami delapan tahun lalu di Aceh memunculkan berbagai keunikan. Diantaranya PLTD Apung yang beratnya 2600 ton terseret arus gelombang dahsyat tsunami sepanjang 5 km dari tempatnya semula. Saat ini kapal tersebut sudah dijadikan Taman Wisata tsunami yang banyak dikunjungi.

Delapan tahun yang lalu, Aceh diguncang gempa besar. Gempa berkekuatan sekitar 9,3 skala richter terjadi sekitar pukul 07.58 pagi. Gempa ini mengakibatkan tsunami yang merenggut sekitar 126 ribu nyawa masyarakat Serami Mekah.

Puluhan wartawan, santri dan aktivis ormas Islam di Banda Aceh, larut dalam doa dan zikir saat mengenang kembali bencana gempa bumi dan tsunami yang merenggut 200 ribu lebih jiwa rakyat Aceh, Minggu 26 Desember 2004 lalu. Sebanyak 27 wartawan dari berbagai media cetak dan elektronik yang bertugas di Aceh, menjadi syuhada dalam bencana tersebut.


Acara “Refleksi dan Doa Bersama” untuk mengenang para syuhada tsunami, yang dilaksanakan Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI), di Rumoh Aceh Kopi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (26/12/2012) berlangsung khidmat. 
Ingat video tsunami Aceh 2004 yang menelan ratusan korban jiwa? Setiap media massa memberitakan dan menayangkannya sedemikian rupa. Melihat videonya saja, bulu kuduk Anda mungkin langsung berdiri. Serambi Mekkah itu ditenggelamkan gelombang raksasa. Hampir semua bangunan rusak, beberapa tak bersisa.

Detik-detik terjadinya tsunami, momen-momen menegangkan, dan sisa-sisa tragedi ini terangkum dalam sebuah museum. Inilah Museum Tsunami Aceh yang berlokasi di Jalan T Iskandar Muda, Banda Aceh, Provinsi Aceh. 
Pengunjung boleh saja ceria. Bercanda, berfoto ria di bagian luar museum dengan bangunan minimalis-futuristik. Di bagian depan memang terdapat bangkai helikopter polisi yang jadi salah satu sisa tsunami. Tapi saat masuk ke dalam, Anda pasti tercekat dan terbawa suasana duka mendalam.
Museum Tsunami Aceh menempati bangunan 4 lantai dengan luas 2.500 m2. Para pengunjung akan memasuki lorong yang hanya diterangi cahaya dari luar, persis dari ketinggian 40 meter. Jerit ketakutan mulai muncul saat air mengucur deras di tembok kanan dan kiri lorong. Sesekali, air itu memercik ke kepala dan tubuh para pengunjung.
Lantunan ayat Al Qur'an menggema jelas. Suaranya memenuhi lorong gelap, masuk jauh ke dalam sanubari. Para pengunjung biasanya mempercepat langkah ingin segera hengkang dari lorong yang membuat bulu kuduk berdiri itu. Tapi lorong ini berbentuk sedikit melingkar, sehingga ujungnya tak tampak.
Tak banyak pengunjung yang bertahan lama di ruangan tersebut. Sayup-sayup, ayat Al Qur'an masih terdengar. Tapi ruangan selanjutnya seperti belum mau 'melepas' pengunjung dalam keriaan layaknya sebelum masuk museum. Lorong selanjutnya, berbentuk melingkar, bernama Lorong Kebingungan. Ini menggambarkan korban tsunami yang kesulitan membaca arah saat menyelamatkan diri dari gelombang raksasa.

Cahaya datang saat pengunjung meniti jembatan. Di atas jembatan ini, terdapat deretan bendera negara-negara yang ikut membantu korban tsunami. Masuk ke lantai 2, ada kafe dan ruang dokumentasi. Satu ruang untuk pemutaran film dokumenter mengenai detik-detik terjadinya tsunami, ruang lainnya untuk memajang foto-foto dampak tsunami dan upaya rehabilitasi. Di lantai 3 tedapat ruang multimedia, tempat pengunjung merasakan gempa dalam beberapa skala. 

Tak banyak pengunjung yang bertahan lama di ruangan tersebut. Sayup-sayup, ayat Al Qur'an masih terdengar. Tapi ruangan selanjutnya seperti belum mau 'melepas' pengunjung dalam keriaan layaknya sebelum masuk museum. Lorong selanjutnya, berbentuk melingkar, bernama Lorong Kebingungan. Ini menggambarkan korban tsunami yang kesulitan membaca arah saat menyelamatkan diri dari gelombang raksasa.

Cahaya datang saat pengunjung meniti jembatan. Di atas jembatan ini, terdapat deretan bendera negara-negara yang ikut membantu korban tsunami. Masuk ke lantai 2, ada kafe dan ruang dokumentasi. Satu ruang untuk pemutaran film dokumenter mengenai detik-detik terjadinya tsunami, ruang lainnya untuk memajang foto-foto dampak tsunami dan upaya rehabilitasi. Di lantai 3 tedapat ruang multimedia, tempat pengunjung merasakan gempa dalam beberapa skala. 

Di sebelah Memorial Hall, terdapat ruang doa berbentuk lingkaran seperti cerobong. Ruangan ini bernama The Light of God. Di sini, pengunjung hanya disinari cahaya dari lampu remang-remang dan ujung cerobong berbahan kaca tembus pandang. Di bagian atasnya tertulis lafadz Allah dalam bahasa Arab. Nama para korban tsunami terpahat di tembok di sekeliling ruangan.

Sumber : dari beberapa sumber

No comments: