Selalu jadi indah, menanti sebuah mentari yang akan terbit esok. Metamorfosa kepompong menjadi kupu-kupu selalu jadi inspirasi, sekian lama si ulat bulu menjadi “sang” yang menakutkan, menggelikan dan biang kegaduhan. Siapa sangka ia bisa menjadi dambaan.
Ketika ufuk timur menyingkapkan tabirnya, deretan embun bening menampakkan keceriaan, mereka bermain riang menyambut mentari pagi yang indah. Di bawah pohon talas terlihat dua gerakan yang tak begitu jelas, tiba-tiba suara muncul “saya gak nyangka kalau aku sekarang jadi dambaan para wanita, dambaan anak kecil. Sungguh beruntung diriku...” Kata ulat bulu pada seekor belalang yang dari tadi menatapnya dengan curiga. Seekor belalang coklatpun nyengir kegirangan, “semakin tua aku merasa bersyukur. Semenjak bayi aku gak pernah nyusahin orang tuaku, apalagi orang lain..” Kata belalang coklat sambil matanya berkaca-kaca. Hening sejenak, kedua binatang itu saling bertatapan, suasana haru mengalir dari daun talas.
Menjadi kepompong dalam salah satu kebudayaan disebut “tirakat”, butuh waktu, butuh perjuangan dan butuh keuletan. Kepompong tidak akan iri dengan tetangganya bahkan pada saudaranyapun, tak pernah meminum setetespun air meski didepannya berlimpahan air, ia tahu kapan sang pemilik malam mengantarkan makan malamnya.
Seperti burung selalu butuh proses untuk bisa terbang, terkadang harus terjatuh-jatuh. Jatuh kemudian bangkit terbang lagi, jatuh dari ketinggian terkadang terluka-luka, namun masih ada semangat untuk terbang lagi, terus mencoba dan mencoba sampai mampu menjaga keseimbangan, kesadaran, kosentrasi dan kecepatan.
Kepompong menjadi kupu-kupu, adalah ilustrasi, baca : “Ayat Tuhan” di panorama dunia. bahwa kesuksesan untuk terbang, mengembara melewati batas kemampuan biasa bukan perkara mustahil, karena ulatpun yang begitu pelan jalannya, dapat menjelma sebagai kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu yang luar biasa, gerakan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh seekor ulat.
Menggapai kemampuan “terbang” bukan sekedar mimpi namun sering menjadi kenyataan, namun ketakutan untuk jatuh, ketakutan untuk memulai, ketakutan untuk dimarjinalkan, ketakutan untuk berbeda, ketakutan untuk melewati batas aman menjadi virus terbesar dalam diri seseorang.
photo dari : http://ahmadfarisi.files.wordpress.com/2008/08/kupu-kupu-2.jpg
Monday, February 28, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
waw...kata2 yg indah,jd enak ngebacanya...hebat bgt bs nulis seindah artikel diatas...boleh nih jd inspirasi utk bikin puisi,dll...menarik bgt kata2nya dg ilustrasi ulat bulu,kupu2,kepompong,belalang...makasih inspirasinya...
thank you, mas!!...
oiya,, blognya tuh helpfull BGT, banyak artikel langsung bisa dipraktekin dari "serba blog"...
langsung coba langsung pas,,
Post a Comment